“STRES DI TEMPAT KERJA SEBAGAI COLLECTIVE CHALLENGE”

Stres di Tempat Kerja Sebagai Collective Challenge
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang akan jatuh pada 10 Oktober mendatang memiliki pesan penting bagi pekerja dan stakeholder lainnya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Pasalnya tema yang diangkat dalam hari kesehatan jiwa tahun ini adalah Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja.

Berdasarkan data dari Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan RI, 1 dari 6,8 orang mengalami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja. Pada wanita yang bekerja penuh waktu, risikonya menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan laki-laki.

Pekerja sehat adalah modal keluarga bahagia. Pribadi yang sehat terbina dari jiwa yang sehat. Karena itu penting bagi pekerja untuk tetap sehat agar keluarga bahagia pekerja yang sakit tidak akan bisa menghidupi keluarga. Sama saja dengan pekerja yang sehat namun keluarganya sakit, yang akan menambah beban keluarga. Yang bahaya lagi pekerjanya sakit, keluarga sakit juga. Inilah nantinya yang bisa menimbulkan bencana keluarga. Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa stress di tempat kerja merupakan tantangan kolektif.


Munculnya Stress di Tempat Kerja
Bekerja sejatinya baik bagi kesehatan jiwa dibandingkan dengan menganggur. Dengan bekerja, seseorang bisa menjaga kesehatan jiwanya lebih baik. Namun beberapa masalah seperti beban kerja berlebih, jam kerja yang panjang serta hubungan dengan rekan kerja yang buruk akan menjadi stressor bagi pekerja.

Pekerja menjalani kehidupan kerja yang semakin menegangkan, proses persaingan global telah mengubah organisasi kerja, hubungan kerja dan pola kerja yang berkontribusi pada peningkatan stres terkait pekerjaan. Dengan kecepatan kerja yang dipicu oleh komunikasi instan dan tingkat persaingan global yang tinggi, garis yang memisahkan pekerjaan dari kehidupan menjadi semakin sulit dikenali dan absurd. Keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sulit dicapai. Kesehatan mental di tempat kerja semakin utopis bagi pekerja.

Strategi Menghadapi stress di Tempat Kerja
Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober, Kemenkes akan mengundang seluruh komponen untuk membahas pembukaan ruang konselor di tempat kerja. Dalam pertemuan tersebut akan membicarakan pedoman teknisnya sehingga momentum ini bisa kita pakai untuk memperlebar aturannya, juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknisnya) yang selama belum ada.

Program tersebut diharapkan dapat berjalan pada awal tahun 2018. Sebelum itu, payung hukum dan aturan melalui Peraturan Pemerintah (PP) akan dibuat.
Pembuatan ruang konseling tidak harus diikuti dengan penambahan dokter jiwa pada kantor pemerintah dan swasta. Dokter umum, perawat, dan psikolog pun bisa diberdayakan bila mampu dan mengerti konseling.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah membangun sistem agar pekerja mau secara sukarela datang ke klinik. Kalau klinik ada, konselor ada, tapi pekerjanya tidak sadar dan acuh, program tersebut akan bertepuk sebelah tangan. 


Penutup

Pekerja hari ini di seluruh dunia menghadapi perubahan signifikan dalam organisasi kerja dan hubungan kerja; mereka berada di bawah tekanan yang lebih besar untuk memenuhi tuntutan kehidupan kerja modern. Demi kesehatan, kesejahteraan dan penghidupan kita, kita harus terus bekerja secara kolektif untuk mengurangi dampak stres di tempat kerja.

Hadi Pramono
(dari berbagai sumber)


Komentar